Dalil-Dalil Al Qur'an Dan Hadits Tentang Puasa
Puasa sendiri ada puasa wajib dan sunnah dimana puasa wajib itu dilaksanakan pada bulan Ramadhan sedangkan puasa sunnah dilaksanakan sesuai syarat dan ketentuan puasa sunnah apa yang dilaksanakan, suatu contoh puasa sunah senin-kamis dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis serta puasa sunnah yang lainnya.
Dan bagi setiap umat Islam wajib hukumnya untuk melaksanakan puasa wajib bagi yang sudah baligh. Dan juga apabila tidak melaksanakan maka akan mendapatkan pahala. Dibalik ibadah puasa sendiri sangat banyak sekali keutamaan serta puasa bagi umat Islam merupakan menahan diri dari makan dan minum dan juga segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, dan hal tersebut untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang Puasa
Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa, maka dari itu berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur'an mengenai puasa yakni:
- Surat Al-Baqarah Ayat 183
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ
yaaa ayyuhallaziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alallaziina ming qoblikum la'allakum tattaquun
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya salah satu hikmah puasa di bulan Ramadhan itu agar umat Islam dapat menggapai derajat takwa yang mulia. Ketika berpuasa, berarti umat Islam telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya.
- Surat Al-Baqarah Ayat 184
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَيَّا مًا مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ فَمَنْ كَا نَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَا مُ مِسْكِيْنٍ ۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَ نْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
ayyaamam ma'duudaat, fa mang kaana mingkum mariidhon au 'alaa safaring fa 'iddatum min ayyaamin ukhor, wa 'alallaziina yuthiiquunahuu fidyatung tho'aamu miskiin, fa mang tathowwa'a khoirong fa huwa khoirul lah, wa ang tashuumuu khoirul lakum ing kungtum ta'lamuun
Artinya: "(yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasa-mu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 184)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasannya waktu pelaksanaan ibadah puasa wajib itu telah Allah tentukan yaitu pada bulan ramadhan. Dan bagi orang yang sakit dan orang yang dalam perjalanan boleh berbuka pada bulan ramadhan dengan syarat harus menggantikannya setelah bulan ramadhan sebanyak jumlah hari ketika iya tidak puasa pada bulan ramadhan.
Serta juga menjelaskan bahwa bagi orang yang kesusahan atau berat ketika ingin menjalankan puasa seperti seseorang yang lanjut usia maka ia wajib membayar fidyah. Membayar fidyah adalah memberi makan fakir miskin.
- Surat Al-Baqarah Ayat 185
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَا نَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰ نُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَا لْفُرْقَا نِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَـصُمْهُ ۗ وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ
syahru romadhoonallaziii ungzila fiihil-qur`aanu hudal lin-naasi wa bayyinaatim minal-hudaa wal-furqoon, fa mang syahida mingkumusy-syahro falyashum-h, wa mang kaana mariidhon au 'alaa safaring fa 'iddatum min ayyaamin ukhor, yuriidullohu bikumul-yusro wa laa yuriidu bikumul-'usro wa litukmilul-'iddata wa litukabbirulloha 'alaa maa hadaakum wa la'allakum tasykuruun
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah mulai menurunkan Al-Qur'an pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar), sebagai sumber hidayah bagi seluruh manusia menuju kepada kebenaran. Di dalam Al-Qur'an terdapat bukti petunjuk yang paling jelas yang mengantarkan kepada hidayah Allah dan pembeda antara kebenaran dengan kebatilan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghendaki keringanan dan kemudahan bagi kalian dalam ajaran ajaran syariat Nya, dan tidak menghendaki kesulitan keberatan dari kalian. Dimana hal tersebut agar kalian menyempurnakan hitungan puasa selama sebulan penuh, dan juga agar kalian menutup ibadah puasa dengan bertakbir mengagungkan Allah pada hari raya Idul Fitri, serta supaya kalian mengagungkan Nya atas hidayah Nya kepada kalian, dan Agar kalian mensyukuri atas kenikmatan Nya yang tercurah pada kalian berupa hidayah taufik dan juga kemudahan.
- Surat Al-Baqarah Ayat 187
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآئِكُمْ ۗ هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّکُمْ كُنْتُمْ تَخْتَا نُوْنَ اَنْفُسَکُمْ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَا لْــئٰنَ بَا شِرُوْهُنَّ وَا بْتَغُوْا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَا شِرُوْهُنَّ وَاَ نْـتُمْ عٰكِفُوْنَ ۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
uhilla lakum lailatash-shiyaamir-rofasu ilaa nisaaa`ikum, hunna libaasul lakum wa angtum libaasul lahunn, 'alimallohu annakum kungtum takhtaanuuna angfusakum fa taaba 'alaikum wa 'afaa 'angkum, fal-aana baasyiruuhunna wabtaghuu maa kataballohu lakum, wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul-khoithul-abyadhu minal-khoithil-aswadi minal-fajr, summa atimmush-shiyaama ilal-laiil, wa laa tubaasyiruuhunna wa angtum 'aakifuuna fil-masaajid, tilka huduudullohi fa laa taqrobuuhaa, kazaalika yubayyinullohu aayaatihii lin-naasi la'allahum yattaquun
Artinya: "Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187)
- Surat Al-Baqarah Ayat 196
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاَ تِمُّوا الْحَجَّ وَا لْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِ نْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَا نَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖۤ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَا مٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِ ذَاۤ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِا لْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَا مُ ثَلٰثَةِ اَيَّا مٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَا مِلَةٌ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَا ضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ
wa atimmul-hajja wal-'umrota lillaah, fa in uhshirtum fa mastaisaro minal-hady, wa laa tahliquu ru`uusakum hattaa yablughol-hadyu mahillah, fa mang kaana mingkum mariidhon au bihiii azam mir ro`sihii fa fidyatum ming shiyaamin au shodaqotin au nusuk, fa izaaa amingtum, fa mang tamatta'a bil-'umroti ilal-hajji fa mastaisaro minal-hady, fa mal lam yajid fa shiyaamu salaasati ayyaaming fil-hajji wa sab'atin izaa roja'tum, tilka 'asyarotung kaamilah, zaalika limal lam yakun ahluhuu haadhiril-masjidil-haroom, wattaqulloha wa'lamuuu annalloha syadiidul-'iqoob
Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barang siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang bukan penduduk Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 196)
- Surat Al-Ma'idah Ayat 89
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِا للَّغْوِ فِيْۤ اَيْمَا نِكُمْ وَلٰـكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَ يْمَا نَ ۚ فَكَفَّا رَتُهٗۤ اِطْعَا مُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ ۗ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَا مُ ثَلٰثَةِ اَيَّا مٍ ۗ ذٰلِكَ كَفَّا رَةُ اَيْمَا نِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْ ۗ وَا حْفَظُوْۤا اَيْمَا نَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
laa yu`aakhizukumullohu bil-laghwi fiii aimaanikum wa laakiy yu`aakhizukum bimaa 'aqqottumul-aimaan, fa kaffaarotuhuuu ith'aamu 'asyaroti masaakiina min ausathi maa tuth'imuuna ahliikum au kiswatuhum au tahriiru roqobah, fa mal lam yajid fa shiyaamu salaasati ayyaam, zaalika kaffaarotu aimaanikum izaa halaftum, wahfazhuuu aimaanakum, kazaalika yubayyinullohu lakum aayaatihii la'allakum tasykuruun
Artinya: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barang siapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 89)
- Surat Al-Ma'idah Ayat 95
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَ نْـتُمْ حُرُمٌ ۗ وَمَنْ قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْـكَعْبَةِ اَوْ كَفَّا رَةٌ طَعَا مُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَا مًا لِّيَذُوْقَ وَبَا لَ اَمْرِهٖ ۗ عَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗ وَمَنْ عَا دَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَا مٍ
yaaa ayyuhallaziina aamanuu laa taqtulush-shoida wa angtum hurum, wa mang qotalahuu mingkum muta'ammidang fa jazaaa`um mislu maa qotala minan-na'ami yahkumu bihii zawaa 'adlim mingkum hadyam baalighol-ka'bati au kaffaarotung tho'aamu masaakiina au 'adlu zaalika shiyaamal liyazuuqo wa baala amrih, 'afallohu 'ammaa salaf, wa man 'aada fa yangtaqimullohu min-h, wallohu 'aziizung zungtiqoom
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu membunuh hewan buruan, ketika kamu sedang ihram (haji atau umrah). Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan hewan ternak yang sepadan dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadyu yang dibawa ke Ka'bah, atau kafarat (membayar tebusan) dengan memberi makan kepada orang-orang miskin, atau berpuasa, seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, agar dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Dan Allah Maha Perkasa, memiliki (kekuasaan untuk) menyiksa."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 95)
- Surat Maryam Ayat 26
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَكُلِيْ وَا شْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚ فَاِ مَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوْلِيْۤ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
fa kulii wasyrobii wa qorrii 'ainaa, fa immaa taroyinna minal-basyari ahadang fa quuliii innii nazartu lir-rohmaani shoumang fa lan ukallimal-yauma ingsiyyaa
Artinya: "Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini."
(QS. Maryam 19: Ayat 26)
- Surat Al-Ahzab Ayat 35
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَا لْمُسْلِمٰتِ وَا لْمُؤْمِنِيْنَ وَا لْمُؤْمِنٰتِ وَا لْقٰنِتِيْنَ وَا لْقٰنِتٰتِ وَا لصّٰدِقِيْنَ وَا لصّٰدِقٰتِ وَا لصّٰبِرِيْنَ وَا لصّٰبِرٰتِ وَا لْخٰشِعِيْنَ وَا لْخٰشِعٰتِ وَا لْمُتَصَدِّقِيْنَ وَ الْمُتَصَدِّقٰتِ وَا لصَّآئِمِيْنَ وَا لصّٰٓئِمٰتِ وَا لْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَا لْحٰـفِظٰتِ وَا لذّٰكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّ الذّٰكِرٰتِ ۙ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
innal-muslimiina wal-muslimaati wal-mu`miniina wal-mu`minaati wal-qoonitiina wal-qoonitaati wash-shoodiqiina wash-shoodiqooti wash-shoobiriina wash-shoobirooti wal-khoosyi'iina wal-khoosyi'aati wal-mutashoddiqiina wal-mutashoddiqooti wash-shooo`imiina wash-shooo`imaati wal-haafizhiina furuujahum wal-haafizhooti waz-zaakiriinalloha kasiirow waz-zaakirooti a'addallohu lahum maghfirotaw wa ajron 'azhiimaa
Artinya: "Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 35)
- Surat Al-Mujadilah Ayat 3-4
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَآئِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَا لُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَآ سَّا ۗ ذٰ لِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهٖ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
wallaziina yuzhoohiruuna min nisaaa`ihim summa ya'uuduuna limaa qooluu fa tahriiru roqobatim ming qobli ay yatamaaassaa, zaalikum tuu'azhuuna bih, wallohu bimaa ta'maluuna khobiir
Artinya: "Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 3)
فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَا مُ شَهْرَيْنِ مُتَتَا بِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَآ سَّا ۗ فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَاِ طْعَا مُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا ۗ ذٰلِكَ لِتُؤْمِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ۗ وَتِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَا بٌ اَلِیْمٌ
fa mal lam yajid fa shiyaamu syahroini mutataabi'aini ming qobli ay yatamaaassaa, fa mal lam yastathi' fa ith'aamu sittiina miskiinaa, zaalika litu`minuu billaahi wa rosuulih, wa tilka huduudulloh, wa lil-kaafiriina 'azaabun aliim
Artinya: "Maka barang siapa tidak dapat (memerdekakan hamba sahaya), maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Tetapi barang siapa tidak mampu, maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang sangat pedih."
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 4)
Hukum bagi orang-orang yang mengharamkan istrinya baginya dengan zhihar, kemudian menarik kembali pengharamnya itu dan bertekat akan kembali mempergaulinya. Namun sebelum itu wajib baginya memerdekakan budak sebelum mempergauli istrinya kembali. Dan hal ini merupakan peringatan besar agar kalian mendapat pelajaran darinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala yang kalian lakukan, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.
Namun jika dia tidak memiliki budak yang bisa untuk di merdekakan atau tidak memiliki harta untuk membelinya, maka wajib baginya berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebelum mempergauli istrinya. Dan jika tidak mampu berpuasa, maka wajib baginya memberi makan enam puluh orang miskin dengan makanan kualitas pertengahan.
Hadits Tentang Puasa
Selain ayat-ayat Alquran juga terdapat hadits yang menerangkan puasa. Maknanya Rasulullah juga menganjurkan untuk berpuasa, karena dengan berpuasa itu terdapat satu jalan untuk menuju ke surga. Dan berikut ini adalah hadits-hadits tersebut yaitu:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِوَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.
"Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَتُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اَلصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإمَامُ الْعَادِلُ وَالْمَظْلُوْمُ.
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan donya orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمُرْنِيْ بِعَمَلٍ أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ مِثْلَ لَهُ.
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa” [Bukhari-Muslim]
“Barang siapa lupa sedangkan ia dalam keadaan puasa. kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan keimanan dan niat yang baik, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata, ‘Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya’. Beliau bersabda: ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan’.” (HR. Ahmad, Hakim dan At- Thabrani)
Kesimpulan
Nah itu tadi merupakan sedikit penjelasan mengenai ayat-ayat Al-Qur'an dan juga hadits-hadits yang menjelaskan tentang puasa. Dimana orang yang berpuasa itu akan meninggalkan setiap larangan seperti makan, minum, dan sebagainya ketika berpuasa. Dan berpuasa berarti mengontrol hawa nafsu, dan hal tersebut sesuai dengan perintah Allah SWT. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri pada Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya.
Orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan segala kesenangan duniawi yang dilarang selama sedang puasa. Namun, karena menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui, maka ia menekan segala keinginan itu secara sadar dan sukarela. Dan semata-mata hal tersebut untuk menjalankan perintah-perintahnya dan agar mendapatkan ridho dari Allah.